Actuating dalam Manajemen
1. Definisi Actuating
Penggerakan (Actuating) adalah suatu fungsi
pembimbingan dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang-orang agar
orang-orang tersebut mau dan suka bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut
jelaslah bahwa peranan penggerakan (actuating) sangat penting, karena
penggerakan berfungsi untuk menggerakan fungsi-fungsi manajemen yang lain,
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan. Menggerakan orang-orang agar
mau dan suka bekerja mempunyai arti bagimana menjadikan para pegawai sadar akan
tugas dan kewajiban serta bertanggung jawa atas tugas yang dibebankan kepadanya
tanpa menunggu perintah dari siapapun.
2. Pentingnya Actuating
Actuating merupakan bagian penting, dari proses management
berlainan dengan ketiga fungsi manajemen lainnya. Actuating khususnya
berhubungan dengan orang-orang. Bahkan banyak managers praktik,
beranggapan bahwa Actuating merupakan intisari management.
Faktor-faktor
penting dalam keberhasilan penggerakan
Fungsi penggerakan tidak sekedar pekerjaan mekanis
(mesin, elektronik) karena manusia bukanlah robot, oleh karenanya diperlukan
faktor-faktor pendukung, seperti :
Segi Organisasi
a. Terdapat peraturan-peraturan : Maksudnya adalah
adanya ketentuan-ketentuan yang memberi kemungkinan adanya kepastian
perkembangan organisasi baik ke dalam maupun ke luar.
b. Terdapat fasilitas-fasilitas : Maksudnya adalah
fasilitas-fasilitas perangkat lunak atau perangkat keras yang diperlukan untuk
gerak organisasi yang didasarkan atas pengkajian yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk memenuhi aspek kuantitas dan kualitas.
c. Terdapat sarana komunikasi yang memadai :
Sarana komunikasi yang memadai adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyampaikan dan menerima informasi, misalnya telepon, internet, mimbar,
publikasi, journal dan sebagainya.
d. Terdapat kader-kader pemimpin : Terdapat
kader-kader pimimpin artinya bahwa untuk mendapatkan pimpinan yang jelas dan
tegas ruang lingkup kepemimpinannya perlu dipertimbangkan dari dalam organisasi
untuk memotivasi gerak organisasi kearah yang sesyai tujuan organisasi.
Segi Pemimpin
a. Wewenang : Wewenang maksudnya adalah pemimpin
harus memahami akantugas dan wewenang yang diembannya (delegation of authority)
b. Memiliki kelebihan-kelebihan : Maksudnya
adalah suatu keadaan tertentu yang dimiliki seseorang dan tidak terdapat pada
orang lain
Menurut Ord Way Tead dalam bukunya “ The Art of
Leadership”, menyebutkan sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin adalah :
· Energi
jasmani dan rokhani (physical and nerveus energy)
· Semangat
untuk mencapai tujuan (a sence of purpose an direction)
· Ramah
dan penuh perasaan ( frend lyness and effection)
· Integritas
(integrity)
· Kecakapan
teknis ( technical skill)
· Mudah
mengambil keputusan (decisive ness)
· Cerdas
(intelligence)
· Kecakapan
mengajar (teaching skill)
· Keyakinan
(faith).
· Memahami
teknik-teknik kepemimpinan
Segi Pegawai
Pegawai yang akan digerakkan harus mempunyai
kemampuan untuk menerima dan memahami apa yang diberikan pimpinan baik
petunjuk, bimbingan ataupun perintah, kemampuan itu antara lain :
a. Memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai
b. Memiliki
pandangan bahwa pengabdian
c. Mau dipimpim
d. Terpeliharanya tim
kerja, maksudnya bahwa untuk berhasilnya
3. Prinsip Actuating dalam manajemen
Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip
yang dilakukan oleh pimpinan perusahan dalam melakukanactuating, yaitu :
Prinsip mengarah kepada tujuan : Tujuan
pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin
efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap
usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam
melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari
factor-faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang
cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan
serta kemampuan bawahan.
Prinsip keharmonisan dengan tujuan : Orang-orang
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan
tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi
penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan
sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan. Semua ini
dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik
akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar.
Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan
pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Prinsip kesatuan komando : Prinsip
kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung
jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam
melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja,
maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin
besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
4. Mencapai Actuating Managerial Yang
Efektif
a. Orientasi
Orientasi merupakan cara pengarahan dengan
memberikan informasi yang perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan
baik. Biasanya, orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk
mengadakan pengenalan dan memberikan pengerian atas berbagai masalah yang
dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa orientasi tidak selalu
ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu ketika
mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuat mereka kurang
mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan kepada
pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan perananya. Informasi yang
diberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain:
1. Tugas itu sendiri
2. Tugas lain yang ada
hubungannya
3. Ruang lingkup tugas
4. Tujuan dari tugas
5. Delegasi wewenang
6. Cara melaporkan dan
cara mengukur prestasi kerja
7. Hubungan antara
masing-masing tenaga kerja, Dst.
b. Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada
orang-orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu
kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari
atasan, dan ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus
perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada
orang lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang
berada di bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
1. Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada
preferensi manajer, kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang
diberikan oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah
khusus bersifat lebih mendetail.
2. Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata
mempengaruhi apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja.
Perintah tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk
memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya,
perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupun mengandung resiko lebih
besar. Biasanya perintah lisan ini hanya diberikan untuk tugas-tugas yang
relatif mudah.
3. Perintah formal dan informal
Perintah formal merupakan perintah yang diberikan
kepada bawahan sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam
organisasi. Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung saran atau
dapat pula berupa bujukan dan ajakan. Contoh perintah informal antara lain
dapat berupa kata-kata: “apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan
cara lain”. “marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan
sebagainya. Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat
kurang fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.
c. Delegasi Wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika
dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini,
pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.
Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas
akan diberikan kepada bawahan itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan
dalam menafsirkan wewenang. Ini dapat menimbulkan keengganan bawahan untuk
mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh, seorang Kepala Bagian Pembelian
mengadakan perjanjian pembelian dengan pihak penyedia (supplier) dengan
wewenang yang kurang jelas itu, ia akan menanyakan kepada pimpinan, yang
jawabannya belum tentu memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu bagan
wewenang untuk menyetujui perjanjian.
B. Mengendalikan Fungsi Manajemen
1. Definisi Controlling
Pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses pelaksanaan
manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses
manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Controlling atau pengawasan dan pengendalian
(wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
jika terjadi.
Controlling atau pengawasan adalah fungsi manajemen dimana peran dari personal
yang sudah memiliki tugas, wewenang dan menjalankan pelaksanaannya perlu
dilakukan pengawasan agar supaya berjalan sesuai dengan tujuan, visi dan misi
perusahaan. Di dalam manajemen perusahaan yang modern fungsi control ini
biasanya dilakukan oleh divisi audit internal.
2. Langkah-langkah dalam kontrol
Proses Pengendalian Manajemen :
1. Perencanaan Strategi
2. Penyusunan Anggaran
3. Pelaksanaan Anggaran
4. Evaluasi Kinerja
Pengendalian Tugas proses untuk memastikan bahwa tugas yang spesifik
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Langkah – langkah penting pada proses pengendalian dapat digolongkan 8 elemen,
yaitu :
mengidentifikasikan tujuan dan strategi
Penyusunan program
Penyusunan anggaran
Kegiatan dan pengumpulan realisasi prestasi
pengukuran prestasi
analisis dan pelaporan
tindakan koreksi
3. Tipe-Tipe Kontrol
Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
1. Pengendalian karyawan (Personal control).
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja,
absensi pegawai dan lain-lain.
2.pengendalian keuangan (financial control)
Pengendalian ini ditujukan untuk hal-hal yang menyangkut keuangan,tentang
pemasukan dan pengeluaran,biaya-biaya perusahaaan termasuk pengendalian
anggaranya.
3.pengendalian produksi (Production control).
Yaitu pengendalian yang difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas
produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian waktu (Time control)
Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. pengendalian teknis (Technical control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan
dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control).
pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan
organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
7. pengendalian penjualan (Sales control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan
terjual sesuai rencana yang ditentukan.
8.Pengendalian inventaris (inventory control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih
ada semuanya atau ada yang hilang.
9.Pengendalian pemeliharaan (maintenance control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua inventaris perusahaan
dan kantor terprlihara atau tidak,dan mengetahui kerusakan. reksi itu harus
dikenakan.
4. Kontrol Proses Manajemen
Langkah-langkah proses pengendalian :
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard an menentukan
penyimpangan jika ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan
dan tujuan sesuai dengan rencana.
Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis kembali,apakah sudah
benar-benar realistis atau tidak.jika belum benar atau realistis maka rencana
itu harus diperbaiki.
Cara-cara pengendalian :
1. Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer.Manajer
memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah apakah
dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya.
Kebaikan :
a. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin,sehingga perbaikanya
dilakukan dengan cepat.
b. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,sehingga akan
memperdekat hubungan antara atasan dan bawahanya.
c. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan,karena merasa diperhatikan
atasanya.
d. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna
bagi kebijaksanaan selanjutnya.
e. Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan “asal Bapak senang” (ABS).
Keburukan :
a. Waktu seorang manajer banyak tersita,sehingga waktu untuk pekerjaan lainya
berkurang,misalnya planning lain-lainya.
b. Mengurangi inisiatif bawahan,karena mereka merasa bahwa atasanya selalu
mengamatinya.
c. Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainya.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi langsung,observasi di
tempat (on the spot observation) dan laporan di tempat (on the spot report)
2. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan jarak jauh dengan melalui laporan oleh bawahan baik secara lisan
maupun tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasi-hasil yang dicapai.
Kebaikan :
a. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainya semakin banyak,misalnya
perencanaan,kebijaksanaan,dan lain-lain.
b. Biaya pengawasan relatif kecil.
c. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan
pekerjaan.
Keburukan :
a. Laporan kadang-kadang kurang objective,karena ada kecendrungan untuk
melaporkan yang baik-baik saja.
b. Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya,sehingga perbaikanya
pun terlambat.
c. Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.
3. Pengawasan berdasarkan kekecualian
Pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari
hasil atau standar yang diharapkan,pengendalian ini dilakukan dengan cara
kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.
C. Kekuasaan dan Pengaruh
1. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau
kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau
Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan
raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah
kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung
dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan
semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg
memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus
objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan)
tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).
Kekuasaan bersifat positif
merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran
orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh
pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik
secara fisik maupun mental.
Kekuasaan bersifat Negatif
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta
apatis dalam memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang
diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara
fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini
tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya
berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam
dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat
menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok
yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan
biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan
pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki
kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan
para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung
lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.
2. Sumber-sumber kekuasaan
Ada pun sumber kekuasaan itu sendiri ada 3 macam,yaitu:
1. Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
a. Kekuasaan formal atau Legal (French & Raven 1959)
Contohnya komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri.
Kendali atas sumber dan ganjaran (French & Raven 1959)
Majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala
suku atau kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada anggota atau
bawahannya.
b. Kendali atas hukum (French & Raven 1959)
Kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contohnya perman-preman yang
memunguti pajak dari pemilik toko. Para pemilik toko mau saja menuruti kehendak
para preman itu karena takut mendapat perlakuan kasar. Demikian pula anak kelas
satu SMP yang takut pada senior kelas3 yang galak dan suka memukul sehingga
kehendak seniornya itu selalu dituruti.
c. Kendali atas informasi (Pettigrew, 1972)
Siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Contohnya orang yang
paling tahu jalan diantara serombongan pendaki gunung yang tersesat akan
menjadi seorang pemimpin. Ulama akan menjadi pemimpin dalam agama. Ilmuan
menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.
d. Kendali ekologik (lingkungan)
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi .
• Kendali atas penempatan jabatan.
Seorang atasan atau manager mempunyai kekuasaan atas bawahannya karena ia boleh
menentukan posisi anggotanya.
• Kendali atas tata lingkungan.
Kepala dinas tata kota berhak memberi izin bangunan. Orang-orang ini menjadi
pemimpin karena kendalinya atas penataan lingkungan.
2. Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian.
Berasal dari sifat-sifat pribadi.
a. Keahlian atau keterampilan (French & Raven 1959)
Contohnya pasien-pasien di rumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin
karena dokterlah yang dianggap sebagai ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.
b. Persahabatan atau kesetiaan (French & Raven 1959)
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan
sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin. Contohnya
pemimpin yayasan panti asuhan dipilih karena memiliki sifat seperti Ibu
Theresa.
c. Karisma (House,1977)
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin
juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
3. Kekuasaan yang bersumber pada politik
a. Kendali atas proses pembuatan keputusan (Preffer & Salanick, 1974)
Ketua menentukan apakah suatu keputusan akan di buat dan dilaksanakan atau
tidak.
b. Koalisi (stevenson, pearce & porter 1985)
Ditentukan hak dan wewenang untuk membuat kerjasama
dalam kelompok.
c. Partisipasi (Preffer, 1981)
Pempimpin yang mengatur pastisipasi dari masing-masing anggotanya.
d. Institusionalisasi
Pempimpin agama menikahkan suami istri. Notaris atau hakim menentapkan
berdirinya suatu perusahaan.
Suka Memuat...
3. Definisi Pengaruh
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan
gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk
memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara
kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena
itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi
dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut,
juga akan menentukan efektivitas
kepemimpinan.
Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan
jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai
kepemimpinan. Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku
mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara
lain :
* Persuasi Rasional
Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi
pengikut.
* Permintaan Inspirasional
Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut.
* Konsultasi
Pemimpin mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktivitas
atau perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut.
* Menjilat
Pemimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, agar pengikut berada
dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran yang menguntungkan
pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu.
* Permintaan Pribadi
Pemimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan
terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.
* Pertukaran
Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan
untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat
bila pengikut membantu pencapaian tugas.
* Taktik Koalisi
Pemimpin mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut.
* Taktik Mengesahkan
Pemimpin mencoba untuk menetapkan validitas permintaan dengan menyatakan
kewenangan, hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan, praktik atau
tradisi organisasi.
* Menekan:
Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau
peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut melakukan apa
yang diinginkan.
4. Pengaruh Taktik Organisasi
Taktik-taktik mempengaruhi (Influence Tactics) adalah cara-cara yang biasanya
digunakan oleh seseorang untuk mempen-garuhi orang lain, baik orang yang
merupakan atasan, setingkat, atau bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan
hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan
kekuasaan yang dimilikinya.
Kipnis dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik
yang biasa digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt,
1982). Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan
salah satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut
Influence Behavior Questionnaire (Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992). Hasil
penelitian Yukl dkk, menun-jukkan ada sembilan jenis taktik yang biasa
digunakan di dalam organisasi (Hugheset all, 2009), yaitu:
Persuasi Rasional (Rational Persuasion),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan alasan yang
logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
Daya-tarik Inspirasional (Inspirational
Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
suatu permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau gairah pada
orang lain.
Konsultasi (Consultation), terjadi jika
seseorang mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan melibatkan orang yang
dijadikan target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana yang akan
dilaksanakan.
Mengucapkan kata-kata manis (Ingratiation),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan kata-kata
yang membahagiakan.
Daya-tarik Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika
seseorang mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu
karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.
Pertukaran (Exchange), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan memberikan sesuatu keuntungan tertentu kepada
orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu
permintaan tertentu.
Koalisi (Coalitions), terjadi jika seseorang
meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk membujuk agar orang yang
dijadikan target setuju.
Tekanan (Pressure), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan
yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika
seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatannya, kekuasaannya,
atau dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan
atau aturan organisasi.
Daftar Pustaka:
Handoko, Hani. 1997. Manajemen. Yogyakarta:
BPFE
Gibson, dkk. 1997. Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses. Jakarta: Binarupa Aksara, (terjemahan)
Djatmiko, Y. H. 2008. Perilaku Organisasi.
Bandung: Alfabeta